Dalam rangka memperkuat pengelolaan sumber daya air dan mendukung penataan kawasan perkotaan yang berkelanjutan, Universitas Brawijaya bersama Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Kutai Timur menyelenggarakan kegiatan Diskusi Pendahuluan Kaji Ulang Fungsi Polder Ilham Maulana sebagai Kawasan Konservasi Sumber Daya Air. Kegiatan ini menjadi langkah awal dalam penyusunan kajian teknis untuk mempertegas fungsi kawasan polder sebagai sarana pengendalian banjir sekaligus kawasan konservasi yang memberi manfaat ekologis dan sosial bagi masyarakat sekitar. Polder Ilham Maulana yang berlokasi di Kelurahan Teluk Lingga, Kecamatan Sangatta Utara, dibangun sebagai respon terhadap meningkatnya risiko banjir akibat perubahan tata guna lahan dan pesatnya pertumbuhan permukiman.
Fokus utama kajian teknis diarahkan pada evaluasi menyeluruh terhadap kondisi eksisting kawasan polder. Aspek yang dikaji meliputi kondisi fisik dan hidrologi polder, peran sosial-ekonomi masyarakat sekitar, kelembagaan pengelolaan, serta kondisi lingkungan dan potensi konservasi kawasan. Kajian ini bertujuan untuk menghasilkan dasar akademik yang kuat dalam menetapkan Polder Ilham Maulana sebagai kawasan konservasi sumber daya air dengan pendekatan pengelolaan terpadu. Dengan demikian, keberadaan polder tidak hanya berfungsi sebagai infrastruktur teknis pengendali banjir, tetapi juga sebagai bagian dari sistem ekologis wilayah Sangatta dan sekitarnya yang perlu dilestarikan.
Dalam pelaksanaannya, tim akademisi dari Universitas Brawijaya menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Metode ini dilakukan melalui pengumpulan data primer dan sekunder, termasuk survei lapangan, wawancara masyarakat terdampak, observasi langsung kondisi kawasan, serta pemanfaatan data curah hujan dari tiga pos hujan terdekat, yakni Stasiun Spaso, Sangkulirang, dan Muara Ancalong. Hasil awal menunjukkan bahwa daerah tangkapan air di sekitar polder memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan debit air, dan kondisi eksisting kawasan perlu dikelola secara lebih terstruktur agar fungsi konservasinya dapat optimal.
Selain aspek teknis hidrologi, kajian ini juga menyoroti pentingnya peran sosial dan kelembagaan dalam pengelolaan polder. Masyarakat sekitar kawasan menjadi bagian penting dalam pelaksanaan upaya konservasi, sehingga tingkat partisipasi dan pemahaman mereka terhadap fungsi polder turut menjadi objek analisis. Kajian kelembagaan diarahkan pada pemetaan peran dan tanggung jawab antar pemangku kepentingan, baik di tingkat perangkat daerah maupun masyarakat, untuk mendukung efektivitas pengelolaan ke depan. Pendekatan ini sejalan dengan prinsip pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan dan berbasis kolaborasi.
Adapun tahapan kajian disusun secara sistematis untuk memastikan hasil kajian komprehensif dan aplikatif. Tahapan pertama adalah persiapan dan studi pendahuluan dengan pengumpulan data dan penyusunan rencana kerja. Tahapan kedua, survei lapangan, dilakukan untuk memetakan kondisi fisik, sosial, dan kelembagaan secara aktual. Tahapan ketiga, pengolahan dan analisis data, meliputi analisis hidrologi, sosial-ekonomi, kelembagaan, serta kesesuaian fungsi polder sebagai kawasan konservasi. Tahapan terakhir adalah penyusunan laporan akhir, yang berisi rekomendasi teknis dan kelembagaan, termasuk arah pembentukan Unit Pelaksana Teknis pengelola polder nantinya.
Dalam konteks kelembagaan, Bagian Organisasi Sekretariat Daerah Kabupaten Kutai Timur memiliki peran strategis dalam memastikan hasil kajian dapat diimplementasikan dalam struktur pemerintahan daerah. Peran tersebut meliputi penyiapan bahan penyusunan struktur organisasi dan tata kerja, koordinasi perumusan tugas dan fungsi jabatan, serta harmonisasi kelembagaan antara kajian akademik dan regulasi pemerintahan daerah. Keterlibatan Bagian Organisasi sejak tahap awal kajian memastikan bahwa pembentukan UPTD pengelola polder nantinya akan selaras dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan mendukung efektivitas pelaksanaan tugas di lapangan.